TERBARU

Senin, 15 Desember 2014

Ketahui Lebih Dalam Tentang Penyakit Rematik Anda dan Pengobatannya



Selama ini banyak masyarakat yang mengira bahwa hanya ada 1 penyakit rematik di dunia. Namun faktanya terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik.Beberapa jenis rematik atau nyeri sendi yang banyak dikenal adalah Osteoarthitis (jenis rematik akibat rusak atau menipisnya bantalan sendi dan tulang rawan), Rheumatoid Arthritis, Gout/Asam Urat (akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi, seperti seafood dan jeroan), Non-Particular Arthritis (akibat kebiasaan posisi yang salah sehingga tendon tegang), dan Body Posture Disturbance (akibat bentuk tubuh tidak simetris sehingga otot mudah tegang).
Pernyataan bahwa rematik atau nyeri sendi timbul karena mandi malam, cuaca dingin, dan AC memang sangat sering terdengar. Padahal, itu hanya mitos saja. Sebenarnya, tidak ada hubungan antara rematik dan sering mandi malam. Namun demikian, bila telah terkena rematik atau nyeri sendi memang tidak dianjurkan mandi malam. Karena setiap kali tubuh terkena air dingin/suhu dingin, kapsul sendi akan mengkerut. Hal ini tentunya dapat menambah rasa nyeri pada sendi yang telah terserang rematik. Beberapa faktor pemicu rematik atau nyeri sendi sebenarnya adalah obesitas, pertambahan usia, dan pola makan yang tidak sehat. Dengan bertambahnya usia, lapisan pelindung sendi akan semakin menipis dan minyak pelumas sendi akan semakin mengental. Akibatnya sendi pun menjadi kaku dan nyeri saat digerakkan. Selain itu, berat badan yang berlebih cenderung merubah metabolisme tubuh dan memberikan beban yang berlebih pada sendi yang dapat menyebabkan rematik. Tidak hanya itu, pola makan yang tidak sehat juga berhubungan dengan rematik. Makanan yang mengandung lemak hewani di dalam jumlah tinggi akan diubah tubuh menjadi zat ”eicosanoid”, suatu zat yang dapat menyebabkan radang pada persendian.
Tidak hanya wanita, pria pun dapat terserang rematik atau nyeri sendi . Salah satu jenis rematik atau nyeri sendi yang mayoritas menyerang pria adalah gout/asam urat. Namun, perlu diketahui bahwa risiko rematik atau nyeri sendi pada perempuan tiga kali lebih besar dibanding pria pada saat usianya di atas 45 tahun, sedangkan pria lebih berisiko rematik sebelum usia 45 tahun.
Usia memang berpengaruh terhadap munculnya rematik atau nyeri sendi. Memang, resiko terserang rematik semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena semakin menipisnya lapisan pelindung sendi dan mulai mengentalnya minyak pelumas tulang di atas usia 45 tahun. Namun, bukan berarti penyakit ini hanya diderita oleh orang usia lanjut. Setidaknya, sebanyak 1 orang dari 6 penderita rematik merupakan orang-orang yang masih muda. Bahkan, salah satu jenis penyakit, yaitu Juvenille Reumatoid Artritis, ternyata banyak diderita oleh anak-anak.
Umumnya masyarakat cenderung tidak menghiraukan gejala-gejala rematik yang berupa nyeri sendi pada lutut, siku, pergelangan tangan dan kaki. Mereka menganggap ini hanyalah rasa pegal biasa, yang mudah hilang bila dipijat. Padahal, gejala-gejala ini perlu mendapat perhatian serius. Jika tidak segera ditangani secara tepat, rematik dapat mengurangi harapan hidup dan dapat menyebabkan cacat serius dalam waktu sekitar dua tahun sejak terserang rematik.
Rematik dapat menyerang beberapa bagian tubuh, termasuk sendi dan otot. Rematik yang banyak dikenal masyarakat merupakan rematik yang menyerang sendi, atau dikenal dengan istilah artritis. Namun, sebenarnya rematik juga dapat menyerang bagian tubuh lainnya, seperti bursitis (radang bursa), tendinitis (radang tendon), fascitis (radang fascia), myositis (radang otot), dan nyeri pada pinggang.
Banyak penderita rematik atau nyeri sendi yang takut berolahraga. Padahal, olahraga sangat bermanfaat untuk melatih otot dan persendian. Berjalan kaki, berolahraga ringan, atau mengerjakan pekerjaan rumah ringan dapat membantu melatih otot dan sendi agar tidak semakin kaku. Namun, jangan melakukan olahraga yang terlalu berat karena justru dapat menyebabkan cedera.
Gejala rematik atau nyeri sendi pada setiap individu dapat berbeda. Ada beberapa orang yang sudah merasakan gejala di awal rematik, yaitu rasa nyeri dan kaku pada sendi di pagi hari (morning stiffness) atau saat bergerak setelah lama duduk atau berbaring. Gejala ini biasanya diikuti dengan kekauan pada sendi sehingga menjadi sulit digerakkan dan bahkan dapat pula terjadi perubahan bentuk sendi (deformitas). Dengan adanya tingkat sensitivitas yang berbeda antar individu, tak jarang pula ada penderita rematik yang tidak merasakan gejala awal rematik, namun langsung merasakan sakit yang luar biasa saat harus menggerakkan sendi. Ada juga beberapa orang yang mengalami gejala rematik dengan disertai peradangan, sendi berwarna kemerahan, bengkak, bahkan hingga demam.
Untuk anda yang telah terserang rematik, mungkin belum banyak cara yang anda  ketahui untuk penyakit yang satu ini. Namun anda dapat mencoba untuk datang ke seorang fisioterapis yang ada di sekitar daerah anda. Fisioterapis adalah seorang tenaga medis yang dapat memberikan pengobatan secara preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pengobatan yang dilakukan fisioterapis dapat dilaksanakan dengan manual, menggunakan alat-alat modalitas, latihan olahraga dan komunikasi. Selain itu keunggulah pengobatan dengan fisioterapi anda dapat konsumsi obat anda, karena dengan fisioterapi anda dapat mengembalikan fungsi gerak anda melalui latihan-latihan olahraga yang telah dirancang oleh fisioterapis. Jadi untuk masalah penyakit rematik ini anda dapat mencoba mengobatinya melalaui tenaga fisioterapis.
Berikut ini adalah video tetang senam rematik yang penulis unduh dari youtube yang dapat anda praktekkan setiap hari sebagai tindakan preventif maupun rehabilitatif terhadap penyakit rematik anda.

Selamat mencoba dan lekas sembuh J


Dewa Ayu Kadek Ari Purnama Dewi

Jumat, 29 Maret 2013

Ballada Pengemis Kecil

                                                                                                   

Ketika petang menyembunyikan diri
Ketika mentari tengah kaya cahaya
Tertuanglah segelintir kisah insan kecil
bagai hidup dibara api dunia
nan panas menyesak raga
           
Kaki-kaki mungilnya mulai berpijak
menuju keramaian kota

Hidupnya bertumpu pada belas kasih insan lain
Menjulurkan tangan demi setitik harapan
Hati kan diam
kiranya tangan penuh cinta memberi belas kasih
guna mempererat tali hidup yang kini kan lepas di depan mata

            Sorak-sorai kata penuh hina
            selalu terngiang ditelinga mungilnya
            Tatap mata nan sinis tersudut padanya

Terik  mentari
deras air langit
tak menghalau langkahnya
Peluh bercucuran pada pakain kusam
terbiasa  menempel pada tubuh kecilnya

Tak banyak mata melirik
hanya hina dalam genggam hati fikirnya
sampah hidup tiada guna

Wajah air tuba
pembalut raga kusam compang-camping
raga kecil nan mungil
kurus tak terurus
hanya itu bunga emasnya
Surai bau keringat basah pada raganya
            membuat semua penapak perut bumi jijik  memandangnya

Ketika tiba saatnya
peri-peri kecil melompat penuh gelak tawa
ketika tiba waktunya
insan kecil tersiram hangat selimut cinta
ia harus menjalin benang nasib pada dunia pana
meski takkan memberi madu padanya

            Bukanlah rahasia yang mesti diuntai
            dari kapur perak
            bukanlah kisah yang mesti dibingkai
            kelopak tangkai bunga merak
            bukan pula tuntutan mengangkat kaki wajah
            demi ballada budak dunia
            Hanya putih hati yang mesti dipaparkan

Baginya,
tersisihkan hidup berdamping sisa alam
adalah anugerah hidupnya
Sebuah tuntutan
            bagi seorang tunas bangsa
            memberi warna merah pada mentari
            menggoreskan tinta hitam
            pada lembar drama nasib
            menyuarai boneka pertiwi
            dengan rajukan suara hati


Karya : DAPD
inspirasi :: 10/2010

Jumat, 05 Oktober 2012

Bila Hati Bicara

Saat hati terasa sakit oleh goresan luka, saat itu pula semua terkunci
Darah panas membakar, amarah memuncak
Tapi.. tak pernahkah  kau sadari tak ada cinta yang paling hakiki
Selain cinta sejati...

Setiap nafas cinta hembuskan
Setiap gerak langkah dan pengorbanan
aku berikan secara cuma-cuma
Lalu... pantaskah kau khianati, cinta yang begitu sempurna dan tiada tara ini ?
dengan mencintai insan biasa yang sama lemahnya denganku
Saat semua tak seperti yang kau mau, saat itu tersimpan rencana-Nya
yang paling indah untuk mu
Syukuri dan jalani hidup ini apa adanya
lakukan yang terbaik
jangan pernah berburuk sangka
semua telah diatur dari sana

Kau pikir aku ingin ini ?
Tidak !
Ini adalah sesuatu hal yang sangat tak kuinginkan untuk datang..
Kecemasanku terjawab sudah..

Kini aku ulang kembali kata-kataku tempo hari
Sampai jumpa lagi ..
Ketika aku tak lagi menjadi ’apa-apa’
Dan ’bukan siapa-siapa’ seperti sekarang ...

Hitung aku dalam detak napasmu
Biar ku tinggalkan jejak untuk mu
... one
Aku selalu
... two
Ada untukmu
...three
Aku selalu ada untukmu

Dan semoga penjelasan ini menjawab mengapa aku begini..
Jangan tanykan lagi...
Karena aku pasti tak sanggup menjelaskan
Pahami saja...

Kini..
Aku pergi
Aku persilahkan kau untuk memilih
Untuk tetap menanti... Atau pergi
Karena aku sudah tahu jawaban untuk diriku sendiri...

DAPD
inspirasi :: 09/12/12

Rabu, 15 Februari 2012

16 Tangkai Mawar Kuncup Merah


       Setiap hari raya adalah hari yang selalu berkesan untukku. Semua perjalanan di hari raya adalah anugrah untuk mewarnai hidupku. Besok adalah Hari Raya Galungan, dan aku selalu sibuk mempersiapkan semuanya bersama keluarga besarku. Itu adalah hari yang selalu aku tunggu-tunggu, dimana semua keluarga pulang dan berkumpul bersama dalam suasana keceriaan.
Bagiku hari raya bukan sekadar keceriaan berkumpul bersama keluarga, melainkan lebih dari itu. Karena setiap hari raya ada seorang anggota keluarga yang selalu aku tunggu kedatangannya. Namanya Arya, dia adalah sahabat karibku sejak kecil yang sangat mengerti semua tentang aku. Setiap hari raya kami selalu meluangkan waktu untuk bersama sembari bercerita tentang sebuah kisah, entah itu tentang sekolah, keluarga, teman, cinta ataupun tentang kami.
        Setiap waktu yang ada selalu kami manfaatkan sebaik mungkin. Pasalnya semenjak keluarganya pindah ke luar kota kami hanya bisa menghabiskan waktu bersama di hari raya. Setiap pergi bersama tempat yang selalu kami datangi adalah pohon ketapang yang kini sudah tua di dekat rumah kami. Bagi kami itu adalah markas yang menyimpan segudang kenangan dari pertama kami bersahabat hingga saat ini.
         Hari Raya Galungan kali ini menjadi hari raya yang amat spesial untuk kami. Karena Hari Raya Galungan kali ini bertepatan dengan hari persahabatan kami yang ke-10. Biasanya saat ulang tahun persahabatan kami bertukar hadiah kecil. Belum lagi seminggu setelah Galungan adalah hari ulang tahunku yang ke-16. Betapa senangnya hatiku, hingga setiap malam aku selalu bermimpi saat ulang tahun nanti aku akan melewati hari bersama dengan sahabatku itu.
       Saat Hari Raya Galungan, tak seperti biasanya aku terbangun sebelum jam alarmku berbunyi. Mungkin karena hari raya kali ini begitu aku tunggu-tunggu. Setelah semua kegiatan persembahyangan usai, aku dan dia mengatur acara tahunan kami. Sama seperti tahun lalu, aku dan dia pergi bersama ke markas. Disana kami bercerita tentang banyak hal, dan puncaknya adalah saat kami bertukar hadiah. Aku memberikannya sebuah kunci berukir dengan gantungan pita berwarna merah. Kebetulan kami sama-sama menyukai warna merah. Dan dia memberikanku sebuah lonceng kecil dengan gantungan pita berwarna merah juga.
      “Aku mau kau menyimpan kunci ini, dan selalu kau bawa kemanapun kau pergi. Anggaplah sekarang kunci ini adalah simbol dari dirimu. Jagalah baik-baik seperti kau menjaga dirimu,” kataku pada Arya.
        Dia hanya tersenyum sambil menatap mataku, seolah dia ingin berkata sesuatu namun tertahan dalam benaknya. Aku mencoba untuk meramaikan suasana, karena entah mengapa saat itu suasana terasa begitu sunyi.
         “Kenapa hanya tersenyum?” aku mengawali bertanya.
         “Aku..aku ingin kau tahu sesuatu. Tapi aku takut kau marah,” katanya dengan ragu.
         Mendengar dia berbicara seperti itu aku merasa ada sesuatu yang aneh. Seketika terasa ada yang menghujam jantungku. Tapi aku mencoba tetap tenang dan tersenyum, kemudian melanjutkan pembicaraan.
    “Ada apa? Cerita saja. Tidak ada yang kita tutup-tutupi selama ini kan?” aku mencoba membujuknya untuk berbicara.
       Sesaat Arya terdiam. Raut wajahnya tak bisa ditebak apakah berita yang akan dia sampaikan.  Dan akhirnya dia mulai berbicara.
     “Sasya, ayahku dipindah tugaskan ke Dubai dan mungkin aku akan ikut dengan ayah.” dia berbicara sambil memalingkan wajahnya.
         “Kapan kalian akan pindah? Kenapa mendadak seperti ini?” tanyaku.
         “Maaf Sya, ini tidak mendadak. Hanya saja aku baru berani mengatakannya padamu. Setelah ini aku akan lebih jarang lagi untuk pulang kemari. Kami akan berangkat empat hari lagi,” kata Arya.
        Dia mencoba menjelaskan semuanya. Mencoba untuk membuatku mengerti tentang keadaan saat itu. Namun hatiku terlanjur kecewa. Aku tak mampu membendung kesedihanku. Mataku berkaca-kaca saat itu, ingin sekali rasanya aku menangis tapi jika sampai aku menangis mungkin semuanya akan menjadi lebih buruk lagi.
      “Tapi, apa tak bisa kau menunggu sebentar saja? Tolong tunggu sampai hari ulang tahunku. Arya.. kau sudah berjanji padaku, kita akan merayakan bersama ulang tahunku kali ini, di tempat ini. Kau lupa?” kataku.
         “Sya… mana mungkin aku lupa janjiku. Aku pasti datang. Pasti! Tapi tolong kau percaya dulu padaku, percaya aku akan datang hari itu,” jawabnya sambil tersenyum.
         Kami saling terdiam, seolah menyembunyikan tangisan masing-masing. Tak aku sangka hari yang aku tunggu-tunggu menjadi seperti ini. Aku kecewa setengah mati. Terasa sedang melayang di langit ketujuh kemudian terhempaskan ke neraka terbawah. Dalam benakku hanya terbayang hari ulang tahun yang kelabu tanpa Arya. Lalu Arya mencoba menenangkanku lagi.
           “Lihat lonceng ini Sya,” kata Arya sambil mengangkat lonceng pemberiannya.
         “Aku berikan lonceng ini untukmu, untuk kau gantung di depan jendela kamarmu. Mungkin aku memang akan pindah, tapi perlu kau tahu hubungan persahabatan kita ini akan tetap berjalan. Kalau nanti lonceng ini berbunyi artinya aku disana sedang merindukanmu. Saat itu datanglah ketempat ini, kenanglah semua kenangan kita. Jangan lupa Sya, aku akan selalu ada untukmu walaupun ragaku jauh disana,” kata Arya padaku.
        Sesaat kata-kata itu menenangkan hatiku. Aku mencoba untuk tidak memperburuk keadaan. Tapi sejujurnya aku tak bisa memungkiri, betapa kecewanya aku saat itu. Aku memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan hari itu. Aku pulang dengan rasa kecewa sambil menahan tangisanku yang mulai tak terbendung lagi.
           “Semuanya berakhir,” kataku dalam isakku sambil berlari meninggalkan tempat itu. 
        Sayup-sayup kudengar Arya memanggil namaku. Seolah saat itu aku menutup mata dan menutup telinga atas apa yang telah terjadi. Meski tahu dia mencoba mengejarku, tapi hatiku tak bergeming. Aku terus saja berlari dan berusaha tidak menoleh ke arahnya. Aku takut saat aku menoleh kearahnya, itu semakin meyakinkanku bahwa ini bukanlah mimpi.
       Dihari keberangkatan keluarganya aku memilih untuk pergi ke markas dibandingkan harus mengantar kepergiannya ke airport. Hari itu aku masih sangat berharap semua ini hanyalah mimpi. Tapi sampai hari mulai gelap tak juga aku lihat sosok Arya datang. Dan itu memaksaku untuk mengakui bahwa semuanya telah benar-benar berakhir.
       Sehari sebelum hari ulang tahunku lonceng pemberiaan Arya berbunyi. Aku ingat dengan kata-katanya. Setelah sempat berpikir berulang kali, dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke markas. Berharap dia ada disana dan sedang merindukanku. 
           “Bodoh! Mana mungkin dia datang. Lonceng berbunyi? Bodohnya aku percaya semua lelucon itu,” kataku memaki diriku sendiri.
Setelah sempat lama menunggu aku pun kembali pulang dengan kekecewaan yang semakin dalam. Saat itu aku memutuskan untuk tidak lagi menghiraukan lelucon lonceng berbunyi. Dan lagi-lagi terbayang dalam benakku hari esok yang kelabu.
Menunggu pagi datang, aku tak dapat tidur dengan nyenyak. Berkali-kali aku terbangun dan melihat jam di dinding. Meski merasa kecewa berat, tapi dalam hati kecilku masih sangat berharap hari ini Arya akan datang.
Hari ulang tahun yang tak seperti biasanya. Hari itu hatiku sangat was-was menunggu lonceng berbunyi. Dengan gerak yang terbatas aku mencoba menenangkan diri ini. Dan  akhirnya.
“Ting..ting..ting..ting”. Suara lonceng itu berbunyi dengan perlahan karena tertiup angin pagi. Hatiku mulai gelisah. Berulang kali aku mondar-mandir di depan jendela kamar. Lalu aku kunci rapat pintu kamarku dan aku tutup jendela kamarku.
“Tidak..tidak! Aku tak akan kemana-mana. Itu hanya lelucon, aku tak akan pergi kemana-mana. Tidak untuk kedua kalinya,” kataku mencoba melawan hati kecilku.
Tak lama setelah aku menutup jendela kamarku, lonceng itu berhenti berbunyi. Tapi hatiku masih saja cemas. Aku mencoba untuk tetap tenang dan berbaring sejenak sambil menutup telinga dengan bantal tidurku. Dengan mata tertutup masih kudengar suara lonceng itu berbunyi. Padahal tak ada angin yang berhembus saat itu. Sekuat hati aku mencoba untuk tetap menutup mata dan tidak menghiraukan suara lonceng itu.
Sangat lama aku mencoba tak acuh dengan suara lonceng itu. Tapi suara itu semakin cepat dan keras terdengar. Jantungku pun mulai berdebar kencang, seolah aku dengar Arya memanggil namaku. Dan akhirnya aku tak tahan lagi. Aku buka mataku, dan aku buka jendela kamarku. Ternyata benar, lonceng kecil yang aku gantung di depan jendela kamarku memang sedang berbunyi. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, meski langit sudah mulai memerah, yang aku tahu aku harus segera pergi ke markas. Karena jika tidak aku akan semakin tersiksa. Masa bodoh dengan rasa kecewa yang pernah aku rasakan. Lalu dengan menggenggam puing harapan yang tersisa dalam hatiku, aku berlari menuju markas itu.
Baru aku sampai di dekat pohon ketapang itu, langkahku terhenti seketika. Dengan nafas yang masih terengah-engah aku berjalan perlahan menuju tepat ke bawah pohon ketapang itu. Namun, alangkah tercengangnya aku melihat sebuah pita merah tergeletak begitu saja di antara daun-daun kering yang telah gugur. Aku pun mulai mendekatinya. Aku singkirkan daun-daun kering itu, dan ternyata benar. Itu adalah kunci berukir milik Arya yang aku berikan seminggu lalu.
Aku usap-usap kunci itu dengan tanganku. Tanpa aku sadari telah menetes sebuah air mata di pipi kiriku. Kemudian dengan menggenggam erat kunci itu di tanganku, aku berjalan perlahan menuju ke balik pohon ketapang itu. Dan ternyata, dibalik pohon ketapang itu telah ada bunga mawar merah sebanyak enam belas tangkai yang diikat dengan pita berwarna merah. Melihat bunga itu mengingatkanku pada Arya. Tentu saja, siapa lagi selain dia yang tahu bunga kesukaanku, dan siapa lagi selain dia yang mau melakukan semua ini untukku.
Aku mencoba untuk mengusap-usap pipiku yang basah karena air mata yang tak hentinya menetes. Kakiku yang awalnya mampu melangkah dengan perlahan, seketika terasa gemetar saat berdiri. Perlahan aku jatuhkan lututku ke tanah. Kemudian sambil memeluk bunga mawar merah yang telah mekar itu, aku sandarkan tubuhku di pohon ketapang itu. Diantara bunga mawar itu aku temukan sepucuk surat berwarna putih yang telah kotor terkena debu. Dan aku pun mulai membaca surat yang Arya selipkan pada bunga itu. Dalam suratnya Arya berkata padaku.
“Untuk Sasya. Hari ini aku turut berbahagia atas bertambahnya usiamu. Meski tak mampu bertatap mata, aku yakin saat menerima bunga dan surat dariku kau sedang menangis bahagia. Sasya… kau tahu satu hal? Bunga mawar yang masih kuncup ini tak akan mudah layu meski dia harus menunggu sendirian dibalik sepi. Kelopaknya yang merah merona tak akan begitu saja gugur meski dia harus terjaga sendirian dibalik kerinduan. Dan semerbak wanginya tak akan hilang begitu saja meski penantianya harus berakhir kekosongan. Itulah kenapa aku hadiahkan mawar kuncup ini untukmu, berharap seperti itulah nantinya persahabatan kita. Meski aku telah lama menunggu disini, aku tak menyesal sedikit pun melakukan semua ini untukmu. Karena aku yakin kau pasti datang, meskipun setelah aku pergi dari tempat ini. Sasya… kini aku pergi, aku persilahkan kau untuk memilih. Untuk tetap menanti dan menjaga persahabatan ini atau kau akan pergi. Karena aku pun telah memiliki jawaban untuk diriku sendiri, bahwa aku akan tetap menikmati detik demi detik untuk menjadi sahabat karibmu dan menjaga persahabatan kita ini hingga tarikan nafas terakhirku... Selamat ulang tahun sahabatku tersayang Sasya.”
Surat itu menyadarkanku, betapa berartinya arti persahabatan kami baginya. Seharusnya aku bisa menerima bunga itu langsung dari tangan Arya. Dan hingga hari mulai gelap aku masih saja menangis tersedu-sedu di balik pohon ketapang itu. Rasanya aku masih tidak rela untuk beranjak dari tempat itu. Aku belum rela meninggalkan masa yang seharusnya menjadi masa terindah dihari ulang tahunku saat itu.


Karya :: Dwayu Ariepd
Inspirasi :: 26'01'12

Sabtu, 14 Januari 2012

Apa Maksud Perkataanmu Padaku ?

Aku adalah seorang gadis yang sedang beranjak remaja. Seperti remaja lain aku juga ingin punya banyak teman. Kesehariannya aku adalah gadis yang cerewet dan setiap bicara kerap kali tak terkontrol. Karena itu banyak teman-temanku yang bertanya kepadaku, apa makananku sehari-hari sehingga bicaraku cepat dan keras seperti sekarang. Mungkin ini kebiasaan yang lazim dan klasik bagiku. Aku tak tahu apa yang membuat diriku seperti ini. Apakah karena pengaruh keturunan ? Atau pengaruh bintang kelahiran ?
    Ah...aku tak tahulah semua rahasia yang ada di atas sana. Mungkin di atas sana tersimpan kumpulan kitab rahasia yang penuh goresan takdir kehidupanku. Tapi entah kapan halaman demi halaman kitab itu kutemui dalam realita sosial kali ini. Yah entah kapan ? tunggu kabar lebih lanjut sajalah.
    Entah kapan itu, tiba-tiba saja terlintas dalam benakku. Dan kapan pun itu pasti suatu saat nanti kutemui hari itu. Ketika aku memasuki gerbang sekolah baruku, aku melihat semua benda-benda yang terasa asing, dan penghuni baru yang hampir tak pernah kukenal wajah-wajah itu. Kakiku melangkah dengan ragu menuju salah satu kelas yang kuyakini kelas baruku. Sebelumnya, dua hari yang lalu pengumuman pembagian kelas untuk siswa baru di sekolah ini sudah dilaksanakan. Saat itu aku berpapasan dengan seorang laki-laki yang menurutku agak aneh. Perilakunya lain dari yang lain. Tapi, kenapa aku jadi mengurusinya? Ah...penyakitku kambuh lagi! #lebih sering memperhatikan orang-orang dari pada pemandangan di lingkunganku.
    “Hei”, laki-laki itu menyapaku. Aku hanya diam dan tetap melangkah. Aku diam karena tak tahu harus merespon apa pada orang yang baru kutemui itu. Saat itu ekspresi wajahku menjadi datar (~.,-)
    Keesokan harinya kembali kulihat dia, entah mengapa tersirat dalam pikiranku untuk menebus kesombonganku kemarin, dan berusaha mengakrabkan diri dengannya.
    “Hallo, maaf ya kemarin?” Nampaknya orang itu memang aneh, dia  menatapku tanpa berkedip sambil tersenyum sebelah bibir padaku. Dia melangkah begitu saja meninggalkan aku, sesekali dia menengok ke arahku.
    #krik krik krik “Sial” pikirku. “Kenapa orang aneh seperti itu diterima di sekolah pavorit ini? ” Pikirku berkata dengan heran. “Sudahlah jangan dipikirin” rayu hati kecilku. Dan akhirnya aku beraktivitas seperti biasa di sekolah itu.
    “Kenapa datang terlambat? Telat bangun ya ? Atau mau gosok gigi tapi sikatnya hilang? Hehe”. begitu dengan nada bercanda dia menegurku lagi pada keesokan pagi harinya. Tapi entah kenapa wajahku berubah masam saat menatapnya. (`-.-) Tapi dia tetap saja merasa ceria.(^0^) Aku tak peduli, toh juga dia hanya bergurau saja. Saat itu tiba-tiba dia tersenyum lagi padaku, mengejekku, bergurau tak karuan.  Aku tak mengerti apa maksud ucapannya.  “maaf kamu bicara apa tadi ?” semua orang juga tahu dia memang aneh saat berbicara. “kenapa kamu bersikap seperti ini padaku?”
    “Ah...dasar nglindur kamu” seperti itu perkataannya. Lalu dia pergi meninggalkan aku. Sorot matanya serasa menghujam jantungku, sehingga dadaku sesak dibuatnya. Aku berusaha mengejarnya tuk bertanya “apa maksudmu tadi?” tapi dia tak menjawab, pandangan matanya begitu tajam padaku.
    Kepalaku dipenuhi dengan tanda tanya saat itu. “Apa yang dia katakan padaku ? Sedemikian anehkah sikapanya sehingga dia bersikap seperti itu padaku dan menatap aku dengan begitu tajam. "Oh... Tuhan bantulah aku ini, tunjukan kebenaran sesungguhnya buat aku mengerti maksud perkataannya” Batinku merintih pelan.
    Kulewati jam pelajaran hari itu dengan rasa gundah di hati. Sebenarnya banyak hal yang ingin aku tanyakan pada laki-laki aneh itu. Tapi lidahku kelu seketika untuk mengucapkan sepatah kata pun. Untuk menatap pandangan matanya yang begitu tajam saja aku tak pernah sanggup. Yah...dengan segala kepasrahan aku membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Walaupun hati nurani ini seakan  berkata lain.  Ia seakan ingin memberontak dan ingin rasanya aku menumpahkan semua tanda tanya di hadapan laki-laki itu. Ingin sekali aku menimpali prilaku yang dia lakukan padaku, mengejeknya, menertawainya dan bersandau gurau denganya, yah walau setiap kali dia bersandau gurau aku tak pernah mengerti, tapi tetap saja aku tak bisa. Aku terlalu lemah untuk mengadakan pembelaan pada diriku. Walaupun raut wajahku terlihat tegar, tapi hatiku sangat bingung acap kali aku mengingat perkataannya.
        Hari ini tanganku bergerak begitu lincah mengikuti tarian tanganku di entri blog yang aku punya. Dia menyiratkan sedikit bumbu pada tulisanku. Tapi semakin banyak bumbu itu kutambahkan, hasilnya semakin tak karuan kubaca. Karena menurutku tak satupun orang yang akan mau menjawab pertanyaan konyol yang kuketikkan pada blogku hari ini. Pertanyaan klasik yang aku maksud adalah "apa maksud perkataanmu padaku ? " (*_*)


Inspirasi :: 1/1/11
DAPD